Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi
tinggi disamping telur, susu dan ikan. Daging mengandung protein, lemak,
mineral, air serta vitamin dalam susunan yang berbeda tergantung jenis makanan
dan jenis hewan. Hewan yang berbeda mempunyai komposisi daging yang berbeda
pula. Komposisi daging terdiri dari 75% air, 18% protein, 4% protein yang dapat
larut (termasuk mineral) dan 3% lemak
Sebaiknya daging hewan yang baru saja disembelih
tidak cepat-cepat dimasak, tetapi ditunggu beberapa lama atau dilayukan
terlebih dahulu. Untuk daging sapi atau daging kerbau dapat dimasak sesudah
pelayuan selama 12~24 jam; daging kambing, domba, babi sesudah 8~12 jam,
sedangkan untuk daging pedet (anak sapi) sesudah 4~8 jam. Usaha pengawetan
daging diperlukan untuk memenuhi selera atau kebutuhan konsumen serta
mempermudah dalam pengangkutan.
Di daerah Minangkabau, yang disebut dendeng hadir
dalam begitu banyak versi. Secara umum, setidaknya ada empat jenis dendeng
yaitu: dendeng balado, dendeng batokok, dendeng lambok, dan dendeng baracik.
Tetapi, di dalam setiap jenis dendeng juga muncul berbagai varian. Setiap rumah
makan di Sumatera Barat memiliki ciri-ciri dendengnya masing-masing.
Standarisasi memang merupakan salah satu isu pelik dalam kuliner Indonesia.
Pada umumnya, hanya dendeng balado yang memakai cabe
merah. Ketiga jenis dendeng lainnya memakai lado mudo atau cabe muda yang masih
berwarna hijau. Cabe muda yang berwarna hijau ini tidak sepedas cabe yang sudah
berwarna merah. Aromanya pun berbeda. Yang disebut dendeng balado biasanya
adalah dendeng tipis yang digoreng garing, lalu disiram dengan sambal berwarna
merah. Sekalipun “penampakan”-nya mungkin sama, tetapi masing-masing rumah
makan di Sumatera Barat ternyata tidak membuat dendeng baladonya dengan “pakem”
yang sama.
Pengawetan dengan cara pengeringan dilakukan dengan
penambahan garam, gula dan bahan kimia seperti nitrat (NO3) dan nitrit (NO2).
Penambahan garam, untuk pengawetan daging kira-kira sepersepuluh dari berat
daging. Disamping sebagai pengawet, garam juga berfungsi sebagai penambah rasa.
Penambahan gula juga dimaksudkan sebagai penambahan rasa pada bahan yang
diolah. Untuk melunakkan daging sebelum diolah, daging dibungkus dengan daun
pepaya yang mengandung enzim papain atau dilumuri dengan parutan buah nenas
yang mengandung enzim bromolin.
Dendeng
dapat dibuat dari berbagai jenis daging ternak. Namun, yang umum dijumpai di
pasaran adalah dendeng sapi. Belakangan
ini juga mulai dikenal dendeng ikan, udang, bekicot, dan bahkan keong emas.
Jenis ikan yang biasa diolah menjadi dendeng adalah ikan air tawar (mujair,
nila, dan belut) dan ikan air laut (japuh, kuning, tembang, kakap, dan layaran).
Pada proses pembuatan dendeng, umumnya ditambahkan bumbu-bumbu, seperti
lengkuas, ketumbar, bawang merah, lada, dan bawang putih. Selain itu juga
ditambahkan gula dan garam.
Penambahan
gula kelapa dan rempah-rempah pada dendeng memberikan sifat flavor yang khas.
Dengan demikian, dendeng dapat dibedakan dengan produk tradisional daging semi
basah lain, seperti pemmican, biltong, dan jerky. Dendeng merupakan hasil
industri rumah tangga yang telah diterima luas oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Produk sejenis dendeng juga dihasilkan di negara-negara lain di
Asia. Pada prinsipnya dendeng adalah hasil dari suatu proses kombinasi antara
kuring daging dan pengeringan.
Selain kesegaran dan mutu daging, bumbu merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas dan daya terima dendeng. Pembuatan dendeng di Indonesia umumnya menggunakan bumbu garam, gula, lengkuas, ketumbar, dan bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan lada dan bawang putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa gula merah maupun gula pasir.
Campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk memperpanjang daya awet. Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai daya antimikroba. Ketumbar dapat menimbulkan bau sedap dan rasa pedas yang gurih, sehingga bau tidak sedap pada dendeng dapat dihilangkan. Bawang putih dapat menimbulkan rangsangan tajam dan memacu selera makan.
Gula menambah rasa manis dan kelezatan, mengurangi rasa asin berlebihan akibat penambahan garam, memperbaiki aroma dan tekstur daging. Gula juga berfungsi melunakkan produk dengan mengurangi penguapan.
Selain kesegaran dan mutu daging, bumbu merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas dan daya terima dendeng. Pembuatan dendeng di Indonesia umumnya menggunakan bumbu garam, gula, lengkuas, ketumbar, dan bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan lada dan bawang putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa gula merah maupun gula pasir.
Campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk memperpanjang daya awet. Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai daya antimikroba. Ketumbar dapat menimbulkan bau sedap dan rasa pedas yang gurih, sehingga bau tidak sedap pada dendeng dapat dihilangkan. Bawang putih dapat menimbulkan rangsangan tajam dan memacu selera makan.
Gula menambah rasa manis dan kelezatan, mengurangi rasa asin berlebihan akibat penambahan garam, memperbaiki aroma dan tekstur daging. Gula juga berfungsi melunakkan produk dengan mengurangi penguapan.
Dalam menghadapi persaingan suatu usaha harus
memiliki kiat – kiat yang dapat membedakan dirinya dari pesaing – pesaingnya.
Salah satu cara adalah memberikan pelayanan yang dapat membuat pelanggan atau
konsumen merasa terpuaskan. Dalam menjalankan bisnis Rumah Makan faktor
terpenting adalah dengan memberikan kepuasan kepada konsumen. Karena dengan
kepuasan konsumen itulah yang akan menjadi daya tarik usaha tersebut agar
konsumen tetap menjadi pelanggan.
Ternak rata-rata menghasilkan karkas (bagian badan
hewan) 55%, macam-macam hasil sampingan 9%, kulit 6% dan bahan lainnya 30%.
Daging yang baik ditentukan oleh warna, bau, penampakan dan kekenyalan. Semakin
daging tersebut lembab atau basah serta lembek (tidak kenyak) menunjukan
kualitas daging yang kurang baik.
Dari sisi dendengnya. Sebagian memakai cara mengiris
daging sapi tipis-tipis, dibumbui, dijemur sampai kering, kemudian digoreng.
Bumbunya sendiri berbeda-beda. Ada yang memakai ketumbar, ada yang tanpa
ketumbar. Versi lain justru tidak dijemur. Dagingnya direbus dengan
bumbu-bumbu, lalu diiris tipis-tipis, dan langsung digoreng sampai garing. Ada
pula yang tidak dijemur dan tidak direbus, tetapi langsung digoreng.
Dari sisi sambal yang dipakai sebagai topping-nya.
Yang wajib ada dalam bumbu balado ini adalah garam, bawang merah, cabe merah,
perasan jeruk nipis. Ada versi lain yang menambahkan bawang putih.
Kadang-kadang, ada pula yang menumis sebentar bahan-bahan tadi dengan minyak
tanak atau minyak kelapa. Disebut minyak tanak karena dihasilkan dari santan
kelapa yang ditanak. Perbedaan proses itu membuat dendeng balado juga tampil
dalam berbagai tingkat kerenyahan. Ada yang renyah sekali, tetapi ada juga yang
alot dan keras.
Dilihat dari sisi usaha pembuatan dendeng merupakan
salah satu bentuk usaha pengolahan hasil produksi peternakan, diolah oleh
pengusaha yang merupakan industri hilir dari usaha peternakan sapi potong.
Salah satu tujuan pembuatan dendeng sebenarnya adalah sebagai bentuk penganeka-ragaman
pengolahan daging yang dapat disimpan lebih lama karena daging mempunyai sifat
mudah rusak bila terkontaminasi oteh udara bebas. Tujuan lainnya dari pembuatan
dendeng adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, karena dendeng dibuat
dari bahan daging sapi sebagai bahan pangan asal ternak.
Usaha ini terinspirasi dari Ayam Penyet, mengapa
kita tidak membuat suatu yang beda dengan konsep yang sama dan pastinya memiki
nilai keunikan yang sama atau munkin lebih bagus. Prospek usaha ini sangat menjanjikan melihat kesempatan
yang dapat dikembangkan di Medan dengan pesaing yang bisa dibilang sedikit.
Dendeng tergolong dalam bahan makanan semi basah
(intermediate moisture food), yaitu bahan pangan yang mempunyai kadar air tidak
terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, yaitu antara 15-50 persen. Kadar
air tersebut dapat dicapai melalui proses pengeringan daging yang telah
dibumbui.
Pengeringan dendeng dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan (artificial drying). Dibandingkan dengan pengeringan secara alami, pada pengeringan buatan, hasil yang diperoleh menjadi lebih bersih karena terhindar dari kontaminasi (serangga, debu, dll) dan proses dapat dikontrol dengan baik (tidak tergantung kepada keadaan cuaca).
Pengeringan dendeng dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan (artificial drying). Dibandingkan dengan pengeringan secara alami, pada pengeringan buatan, hasil yang diperoleh menjadi lebih bersih karena terhindar dari kontaminasi (serangga, debu, dll) dan proses dapat dikontrol dengan baik (tidak tergantung kepada keadaan cuaca).
Pada pengeringan dendeng, terik matahari atau suhu
alat pengering tidak boleh terlalu panas karena permukaan dendeng akan menjadi
retak-retak. Sebaliknya, bila sinar matahari kurang panas dan tidak
terus-menerus akan menyebabkan kapang mudah tumbuh.
Kecepatan pengeluaran air selama pengeringan
dipengaruhi oleh luas permukaan, volume, dan bentuk potongan dagingnya.
Potongan daging yang tebal ataupun suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya case hardening, yaitu suatu kondisi ketika bagian luar
daging sudah kering, tetapi bagian dalamnya masih basah. Hal ini memungkinkan
mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak, sehingga daya awet dendeng menjadi
berkurang.
kak mau nanya, ini penelitian atau paper kakak atau apa ya ?
BalasHapussoalnya mau aku buat jadi referensi